Senin, 31 Maret 2014

Makalah Bendungan ASI Pada Masa Nifas





BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 – 8 mgg, sedangkan yang terpenting dalam nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun janin.
Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi setelah persalinan ,antara lain perdarahan, infeksi, dan gangguan psikologis. Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat kasus bendungan ASI.
B. TUJUAN PENULISAN

1.     Ingin mengetahui pengertian dari Masa Nifas
2.     Ingin mengetahui Tujuan Asuhan Masa Nifas
3.     Ingin mengetahui Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa Nifas
4.     Ingin mengetahui Konsep Bendungan ASI

5.     Ingin mengetahuiPengertian Pembendungan ASI menurut bebarapa ahli
6.     Ingin mengetahui Faktor Penyebab Bendungan ASI
7.     Ingin mengetahui Gejala Bendungan ASI
8.     Ingin mengetahui Pencegahannya
9.     Ingin mengetahui Patologinya
10.  Ingin mengetahui Patofisiologinya
11.  Ingin mengetahui Penatalaksanaannya
12.  Ingin mengetahui Upaya pengobatan untuk bendungan ASI
13.  Ingin mengetahui Terapi dan Pengobatannya  Menurut Prawirohardjo  (2005) adalah



BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2005).
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2.    Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4.    Memberikan pelayanan keluarga berencana.
C. Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa Nifas
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah,  mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan dan merujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI membantu proses hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, serta menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi (Winkjosastro dkk,2006).
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah persalinan yang merupakan kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini. (Saifuddin et al, 2005).
D. Konsep Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).


  BAB III

PEMBAHASAN


A.  Pengertian Pembendungan  ASI Menurut Beberapa Ahli

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams). Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005).
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

B. Faktor Penyebab Bendungan ASI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
    Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
C. Gejala Bendungan ASI
     Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras
3. Payudara terasa panas
4. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2005)


D. Pencegahan

1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes, RI (1993) adalah dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak (Baby oil)  lakukan pengurutan 3 macam cara :
a.  Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut ke atas, terus ke samping, ke bawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b.  Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari – jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c.   Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
5. Menyusui yang sering
6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2006)
E.  Patologi

     Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :

1.  Faktor hormon
2.   Hisapan bayi
3.   Pengosongan payudara
4.   Cara menyusui
5.   Faktor gizi
6.   Kelainan pada puting susu
F.  Patofisiologi

1.  Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
2.   ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
3.  ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
G. Penatalaksanaan

1.  Jika ibu menyusui :
- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar   kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2.  Jika ibu tidak menyusui:
- Gunakan bra yang menopang
- Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
- Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
- Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
H. Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :

1.  Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2.   Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi
3.  Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4.  Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5.  Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.(Sastrawinata, 2004)
I.    Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
    Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
    Menurunkan panas.
   Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.



BAB IV

PENUTUP

A.  KESIMPULAN
1.  Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
2.  Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
B. SARAN
Pada materi ini, kiranya dapat membantu kami sebagai mahasiswa untuk lebih meningkatkan pelayanan kebidanan pada masa nifas khususnya, ibu – ibu yang mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. 
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University
Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP












7 komentar:

  1. smga bermanfaat bgi para ibu2 yg menyusui agar nntix tdk terjdi mendungan asi lg

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke.... bu bidan, ttp bljr demi tugas masa depan

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. tq...udh bahas makalah bendungan asi,,membantu banget buat kakak ku yg lagi masa nifas ,,,tq,,tq,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. sma", smoga kakx gk trjdi bndungan asi, n blog ini dpt membntu anda utk memberi informasi kpd your sister

      Hapus
  4. makasih boanget atas blogx sizzt..

    BalasHapus